Bahaya Penggunaan Styrofoam
Bahaya Penggunaan Styrofoam Pada Pembungkus Makanan
Penggunaan styrofoam
sebagai wadah makanan
masih umum digunakan di
kalangan masyarakat tidak terkecuali di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Styrofoam sering digunakan untuk membungkus makanan cepat saji
seperti seblak, ayam geprek, batagor, bubur ayam dan lain-lain. Padahal
styrofoam merupakan sampah abadi karena tidak terurai oleh organisme
mikroskopik.
Styrofoam memiliki nama lain polystyrene. Styrofoam merupakan salah satu pilihan yang sering digunakan
sebagai pengemas barang-barang yang rentan rusak maupun untuk membungkus makanan. Styrofoam biasanya dipakai untuk pengaman barang non-makanan seperti
barang-barang elektronik agar tahan benturan ringan, namun saat ini seringkali
dipakai sebagai kotak pembungkus makanan.
Styrofoam
dipilih karena bahan ini memiliki beberapa kelebihan. Bahan tersebut mampu
mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang, mampu mempertahankan
panas dan dingin, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas,
ringan dan murah. Karena kelebihannya tersebut, kemasan styrofoam digunakan untuk pengemas pangan siap saji, segar, maupun
yang memerluakn proses lebih lanjut.
Namun ternyata selain mempunyai banyak keunggulan,
kemasan styrofoam menyimpan kelemahan
yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zat monomer styrene dari bahan plastik ke dalam
makanan, terutama jika makanan tersebut tidak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpanannya.
Setiap jenis makanan memiliki sifat yang perlu dilindungi oleh jenis plastik
tertentu. Kesalahan material kemasan dapat mengakibatkan kerusakan bahan makanan
yang dikemas.
Berdasarkan pendapat Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) Jakarta (2005), mengungkapkan bahwa zat-zat pengawet mayat
(formalin) juga ditemukan pada plastik kemasan makanan dan styrofoam. Pengemas
berbahan dasar resin atau plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Formalin
pada plastik atau styrofoam merupakan senyawa-senyawa yang secara inheren
terkandung dalam bahan ini. Zat racun ini akan luruh ke dalam makanan akibat
kondisi panas. Oleh karena itu, makanan yang masih panas jangan langsung
dimasukkan ke dalam plastik atau styrofoam. Hidangan panas yang akan disajikan
ke dalam kemasan styrofoam sebaiknya didinginkan dahulu dan diberi alas daun,
jangan diberi alas yang terbuat dari plastik.
Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli
2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam keamanan Pangan Kemasan
Styrofoam sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC)
suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi
dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Hasil
berbagai penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa
stiren, bahan dasar styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan
potensial karsinogen. Semakin lama waktu pengemasan dengan Styrofoam dan
semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan
bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman.
Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak.
Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak.
Hasil
survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang
Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai
ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
Jenis
Makanan/ Minuman Yang Tidak Boleh Dikemas Dengan Styrofoam :
No
|
Jenis
Makanan/ Minuman
|
Contoh
Makanan
|
Keterangan
|
1
|
Makanan
bersuhu panas
|
Semua
makanan dengan suhu panas
|
Suhu
> 60 ⁰C
|
2
|
Makanan
mengadung minyak dan lemak
|
Mie
goreng, nasi goreng, soto, bubur ayam, keju, susu
|
Produk
susu dan turunannya: emulsi air dalam minyak, kandungan lemak rendah atau
tinggi
|
3
|
Makanan
yang mengandung asam
|
Acar,
rujak, makanan dengan saus tomat misalnya sphagetti.
|
-
|
4
|
Minuman
yang panas
|
Semua
minuman dengan suhu panas
|
Suhu
> 60 ⁰C
|
5
|
Minuman
yang mengandung lemak tinggi
|
Es
krim, Kopi dengan krim, Susu, Yoghurt
|
Emulsi
minyak dalam air, kandungan lemak rendah atau tinggi
|
6
|
Minuman
yang mengandung asam
|
Lemon
tea, Orange juice
|
Dapat
mengandung garam atau gula atau keduanya
|
7
|
Minuman
yang mengandung alkohol
|
Anggur,
Bir, Rum, Whisk
|
Mengnadung
8% atau lebih dari 8% alkohol
|
Bahaya
Penggunaan Styrofoam bagi Kesehatan
Manusia :
Residu monomer styrene
dalam makanan sangat berbahaya. Jika residu monomer styrene > 5.000 mg/l akan berbahaya bagi tubuh. Residu
itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang
terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia
akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Toksisitas yang ditimbulkan memang
tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul
akibatnya. Bahaya monomer styrene
terhadap kesehatan setelah terpapar dalamjangka panjang, antara lain (InfoPOM,
2008):
a. Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat
Dengan
gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat
(waktu reaksi, memori,akurasi, dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual),
hilang pendengaran,dan neurofati
peripheral.
b. Menyebabkan anemia.
Paparan
jangka panjang terhadap styrene
akanmenyebabkan neurotoxic
(kelelahan, nervous, dan sulit tidur)
dan haemoglobin rendah. Haemoglobin adalah bagian dari darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen. Bila haemoglobin rendah maka banyak sel – sel tubuh yang
akan kekurangan oksigen yang memunculkan gejala lesu, letih,dan lemah. Penyakit
haemoglobin yang rendah disebut anemia.
c. Meningkatnya resiko leukemia dan limfoma.
d. Styrene termasuk bahan yang diduga dapat menyebabkan kanker pada manusia
(2B), yaitu terdapat bukti terbatas pada manusia dan kurang cukupbukti pada
binatang.
e. Monomer styrene dapat masuk ke dalam janin jika kemasan styrofoam digunakan untuk mewadahi
pangan beralkohol karena alkohol bersifat dapatmelintasi plasenta. Hal ini
menjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak – anak ditemukan monomer styrene meskipun anak-anak tersebut
tidak pernah terpapar secara langsung.
f. Monomer styrene juga
dapat mengkontaminasi ASI.
Kemungkinan toksisitas styrofoam sebagai pengemas makanan juga
berasal dari komponen aditif. Zat aditif yang ditambahkan untuk kelenturan pada
proses pembuatan styrofoam adalah
dioktil ptalat (DOP). DOP menyimpan zat benzana, suatu larutan kimia yang sulit
dilumat oleh sistem pencernaan.Benzene tidak bisa dikeluarkan melalui feses
atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak.
Hal tersebut bisa memicutimbulnya penyakit kanker.
Upaya Menghindari Bahaya Kemasan Styrofoam
Untuk
mengurangi besarnya migrasi styrene dari kemasan styrofoam dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a.
Kemasan
polystyrene sebaiknya hanya digunakan untuk sekali pakai.
b.
Hindari
penggunaan kemasan polystyrene untuk pangan dengan suhu > 60 ⁰C.
c.
Hindari
penggunaan kemasan polystyrene untuk pangan yang mengandung alkohol, asam, dan
lemak.
d.
Jika
pangan yang akan dikemas bersuhu tinggi (>60 ⁰C), mengandungalkohol, asam, atau
lemak maka sebisa mungkin digunakan kemasan panganyang terbuat dari keramik
atau kaca/ gelas.
e.
Makanan
dengan kemasan polystyrene jangan dipanaskan atau dimasukkan ke dalam
microwave.
f.
Hindari
kontak langsung dengan pangan. Untuk itu sebelum mengemas pangan maka kemasan
polystyrene dapat dipasang kertas ataupun daun.
g.
Hindari
penggunaan kemasan polystyrene oleh wanita hamil dan anak-anak.
h.
Apabila
terpaksa harus menggunakan wadah polystyrene sebaiknya pada makanan atau
minuman yang dingin (bersuhu rendah).
Komentar
Posting Komentar